Rabu, 27 Mei 2009

zg tw lai ini sa.........................NOP3T
 islam telah ada jauh sebelum bangsa portugis datang ke Maluku sehingga penduduk asli banyak yang memeluk Islam, hingga akhirnya bangsa Portugis hadir dan membawa misi penginjilan secara masal ke tanah Maluku, hal ini disebabkan karena para penguasa di Portugis telah memberikan amanat kepada para penjelajah untuk menyebarkan agama katolik. 
 oleh karena itu bangsa portugis datang ke Maluku bukan saja karena rempah-rempah melainkan juga menyebarkan agama katolik, hal ini menyebabkan keresahan di seluruh warga masyarakat Maluku karena penyebaran agama katolik ini dengan cara kekerasan dan pemakasaan sehingga memicu terjadi perlawanan, yang salah satunya terjadi di bukit Alaka.
MENEGNAL JAZIRAH AL-MULUK

A. Sekilas Tentang Maluku
Maluku adalah nama kawasan yang terbentang dari utara hingga selatan daya, yang berbatasan dengan laut Sulawesi sampai ke dekat Irian (Papua), bertebaran boldan-boldan atau negeri-negeri berjaya yang semula merupakan satu propinsi Maluku yang kemudian di akhir tahun 1999 dimekarkan menjadi dua propinsi yaitu Maluku Utara dengan ibu kota Ternate dan propinsi Maluku dengan ibu kota Ambon. Maluku adalah kawasan kepulauan dengan 1002 pulau kecil-besar disaat meti dan 998 pulau waktu air pono.
Jazirah Maluku menyimpan aneka sumber daya alam dan budaya yang sangat poterensial bagi manusia dan kemanusiaan, sehingga telah mangandung masuknya bangsa-bangsa didunia ke negeri kepulauan ini. Negeri yang kaya akan sumber daya kelautan dan sumber daya alam yang menjanjikan disebut sebagai Kepulauan rempah-rempah. 
Jazirah Al-muluk adalah julukan yang diberikan oleh Ibnu Batuthah, karena dikawasan ini memang terdapat banyak raja-raja yang berkuasa atas wilayah pulau-pulau itu (kawasan raja-raja)dalam rentan sejarah sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa ke Maluku, masyarakat maluku hidup makmur dan damai dalam boldan-boldan yang dipimpin oleh kalano (raja). Di utara terdapat empat boldan bersatu dalam Malako Kie Raha, sedangkan di selatan terdapat Empat Boldan besar dalam aliansi Lounussa Inaama.
Sejarah negeri seribu pulau sarat dengan Kapata yaitu ungkapan lisan tentang berbagai hal, diantaranya Persatuan, Persaudaraan Lounussa Inaama yang telah lama dikenal sejak berabad-abad sebelum kedatangan bangsa Eropa ke Maluku, sebuah contoh tentang persatuan dan persaudaraan Lounussa Inaama.

B. Masyarakat Maluku
Penduduk kepulauan Maluku berasal dari golongan TUNI, yaitu orang-orang asli yang berasal dari Nusaina, tepatnya dari Nunusaku. Orang-orang yang mendiami pulau-pulau di sekitar pulau Seram adalah dari golongan Tuni yang terdiri dari Nunusaku, terjadinya sekitar abad VII M. Terjadinya perpindahan untuk mencari lokasi permukiman baru dari kapata ini dituturkan mengenai hal ini:
“Nunusaku Epasama Waila Hata Telu
Hataisane Wa’a Tala-Eti-Sapalewa
Hitu A Ilau Sisurele Mene, Iha Loto Sisureli Muli
Hatalina Wa’a Hatuhaha, Lambe-Lambe E Patola”
(puncak Nunusaku dengan tiga sungai Tala-Eti-Sapalewa, ketiganya mempunyai pertalian darah, Hitu mendahului Iha mengakhiri Hatuhaha di tengah-tengah).
Setiba di pulau tujuan, masing-masing pemimpin berbenah diri. Hitu di Kapahaha, Iha di Upulauw dan Hatuhaha di Alaka, sedang Huamual menempuh jalan darat Lala Nusa menempati pesisir barat Nusaina di kawasan Lesiela




Sebelum tibanya bangsa Portugis di Maluku penduduk di Uli hatuhaha bermukim di amahatua (negeri-negeri di gunung ) di sekitar bukit alaka. Bukit ini terdapat di bagian barat pulau haruku di daerah pegunungan. Di sekitar ini terdapat lima buah negri yaitu matasiri (pelauw), mandarise (rohomoni), hatuhutui (kabauw) hatuamen (kailolo), dan hatualasia (haturesi-hulaliu). Kelima negri ini sebelum kedatangan portugis, merupakan satu persekutuan uli hatuhaha dan terikat dalam kerukunan negri sepulau atau amarima lounusa artinya persekutuan lima negri se pulau. Sering kali juga di sebut amarima hatuhaha, artinya lima negri hatuhaha. Jauh sebelum bangsa portugis tiba di hatuhaha, masyarakat amarima lounusa telah beragama islam yang di ajarkan oleh para mubaliq yang datang dari arab, pasai, jawa dan lain-lainnya. Mereka datang kesana pada umumnya melalui kepulauan banda, termasuk mubaliq cina ma huang atau pandhita ma huang. Setelah sebahagian negri-negri islam di jazirah hitu bagian selatan dan jazirah leitimur berhasil di kristenkan portugis, misi penginjilan di arahkan ke haruku, negri di luar uli hatuhaha seperti haruku, omo dan lain-lain berhasil di pengaruhi dengan mudah, karena merka tidak bersekutu dalam satu ikatan paguyuban yang kuat untuk saling bantu-membantu menghadapi agresip portugi itu. Akibat misi penginjilan yang ketat, maka sebagian masyarakat oma termasuk pengurus masjid negri oma dari mata rumah (marga) uneputi hijrat ke tulehu di pesisir utara pulau ambon. Di tulehu mereka masuk sebagai marga nahumarury. Penginjilan di kepulauan lease dipimpin oleh padri mascarenhas. Menyadari akan ada bahaya penginjilan yang akan mengancam pendudk kelima negri uli hatuhaha bermukim di sekitar alaka, maka segera mereka menyusun kekuatan untuk menghadapi agresi portugis dengan penginjilannya yang sewaktu-waktu akan mengancam daerahnya. Rupanya dugaannya menjadi kenyataan, sebab pada tahun 1570 beberpa orang padri di tugaskan mencari jalan ke pemukiman penduduk uli hatuhahadi alaka. Rencana penginjilan ini tercium,lalu kapitan halapiri segera memimpin pasukannya dari alaka untuk menyergap anak buah mascarenhas. Dalam serangan itu tiga orang padri berhasil di bunuh oleh para pejuang alaka. Rupanya portugis tidak mengetahui bahwa penduduk uli hatuhaha merupakan sebuah kekuatan yang di andalkan dalam menjaga keutuhan agamany dan adat. Sesungguhnya selain hitu, uli hatuhaha dan uli hatawanoadlah basis pertahanan slam dalam menghadapi setiap ancaman penjajah dan penginjilan. Sejak peristiwa itu kebencian terhadap portugis tertanam dalam hati setiap penduduk uli hatuhaha, dan terus berupaya untuk meningkatkan kewaspadaan da menyusun kekuatannya untuk menghadapi serangan balasan dari orang portugis. Dendam orang portugis atas pembunuhan tiga orang padri itu di lampiaskan setelah panglima sancho berada di ambon. Sancho tiba bertepatan dengan kejadian pembunuhan itu karena kekuatannya dipusatkan untuk mengahdapi Hitu, sehingga tidak segera melakukan pembelasana kepada Hatuhaha. Usai menyerang Hitu yang mengakibatkan empat perdana mengungsi untuk sementara ke Huamual, maka pada tahun 1573 Sancho menuju ke Hatuhaha. Sancho berusaha untuk menyerang dan menghancurkan negeri-negeri di dalam lingkungan Uli Hatuhaha. Tetapi karena letak Alaka jauh dari pantai, panglima ini tidak berhasil, sebab dihadang oleh pejuang-pejuang Alaka dalam perjalanan. Untuk mencapai pemukiman di Alaka, Sancho harus menempuh perjalanan jauh dan melelahkan, melewati jalan yang berbahaya. Keadaan ini memudahkan pejuang-pejuang Alaka untuk mencegah konvoi pasukan Portugis yang belum menguasai medan. Memang sulit bagi Portugis untuk mengalahkan negeri-negeri Uli Hatuhaha karena alam cukup memberikan perlindungan. Disamping itu pasukan Portugis terbatas dalam jumlah terbatas, dan rakyat Hatuhaha telah siap untuk berperang melawan Sancho dan pasukannya dengan semangat Jihad bagi tanah air. Strategi pejuang-pejuang Hatuhaha menyerang secara tiba-tiba dari sela-sela pohon sehingga mengakibatkan tentara Portugis mati. Taktik menyerang dan menghilang dalam hutan diterapkan oleh Hulubalang Hatuhaha. Walau dalam pertempuran itu kapitan Halapiri gugur, namun Sancho harus meninggalkan Hatuhaha. Sesudah kegagalan ekspedisi Sancho, situasi di daerah Hatuhaha tenang kembali, tetapi warga tetap waspada dan siaga penuh menghadapi usaha penginjilan, sebab mereka yakin bahwa Portugis tidak akan senang, bila penduduk Uli Hatuhaha belum berhasil di kristenkan. Oleh karena penginjilan dengan kekerasan tidak berhasil maka Portugis merubah taktik dan strateginya yaitu menempuh upaya damai dengan mengirim utusan kepada pemimpin Hatuhaha dan membawa surat penguasa yang merayu agar mereka bersedia beralih ke agama Katolik yang merupakan misi utama Portugis dan Spanyol. Selama lebih dari 10 tahun setelah perang Alaka I, Portugis tidak henti-hentinya membujuk Raja-raja Uli Hatuhaha untuk menerima misinya. Guna menghadapi portugis maka pemimpin-pemimpin Hatuhaha menyatakan menolok segala siasat Portugis. Tahun 1590 dalam suatau musyawarah raja-raja di Hatuhaha mengirim salah satu utusan dengan maksud menemui pihak Portugis guna menyampaikan maksud dan keinginan mereka. Sesuai ketentuan adat yang di patuhi dalam lingkungan Uli HatuhahaRaja Hatualasia (Hulaliu) menjalankan fungsi sebagai juru bahasa dalam menangani urusan kemsyarakatan termasuk juga dengan pihak luar maka diputuskan dalam musyawarah agar raja Hatualasia (Hulaliu) yang bernama Pikaihehe Laisina ditunjuk sebagai duta. Kedudukan pemimpin dalam adat di Uli Hatuhaha raja Plelauw sebagai raja Hatuhaha, raja Rohomoni sebagai Imam yang menangani urusan keagamaan, raja Kailolo mengurusi masalah ekonomi, raja Kabauw mengurusi keamanan. Karena raja hulaliu sebagai juru bahasa, itulah sebabnya ia diutus untuk berunding dengan pihak Portugis dan menyatakan penolakan mereka serta minta dihentikan segala kegiatan kegiatan Portugis di Hatuahaha. Untuk perundingan itu utusan Hatuahah di beri waktu sebulan. Berhasil atau tidaknya hasil perundingan itu, bila telah tiba waktu yang ditentukan, raja Hulaliu harus kembali ke Alaka. Namun apa yang telah disepakati justru tidak mendatangkan hasil. Raja Hatualasia dengan para penggiringgnya terperangkap dalam jurus rayu Portugis sehingga raja Hulaliu mengikuti keinginan Portugis dan menjadi Murtad yaitu keluar dari ajaran Islam, kemudian di Baptis menjadi pengikut katolik bersama para pengiringnya tahun 1590. rupanya pembaptisan itu belum diketahui penduduk Uli Hatuhaha di Alaka, sehingga mereka tetap menunggu sampai waktu yang telah ditentukan. Ketika telah waktu yang dijanjikan, sedangkan raja Hatualasia dengan beberapa penggiringgya berlum juga kembali, maka seorang kurir diutus untuk mencari tahu dimana mereka berada. Berita yang di bawa penyelidik tadi sangat mengecewakan para pengauasa dan penduduk Uli Hatuhaha karena mereka kembali dengan membawa kabar bahwa Pikaihehe Laisina dengan rombongannyatelah di Baptis, karena bulan yang dijanjikan telah lewat sedangkan raja yang diutus belum kembali, tercetuslah ucapan keresahan dalam Kapata berikut:
“Tua Laisina ei oi nala hurane riu ai eu, ta usa eirai”
(kakak Laisina perhingga telah lewat waktu sebulan, dan belum juga ia kembali)
Sejak kejadian itu persekutuan Uli Hatuhaha tinggal empat negeri yang masih tetap dalam Islam, yaitu : Pelauw, Rohomoni, Kabauw, dan Kailolo dan negeri Hatualasia beralih ke agama katolik, seperti yang di ungkapkan dalam Kapata yang diutarakan sebelumnya. Peristiwa itu menyebabkan penduduk Uli Hatuahaha semakin bertambah keberaniannya untuk melawan Portugis. Sampai bangsa Portugis meninggalkan Maluku, Hatuahah tetap bermusuhan dengan Portugis dan empat negeri itu tetap Islam bahkan sampai saat ini Islam meupakan agama resmi dari negeri-negeri dari Amarima Lounusa.